"Mas, komputernya hang lagi nih..!" teriakku.
Tidak berapa lama, Bryan masuk ke kamarku.
"Kamu emang gatek, Yen.." celetuk Bryan kakak iparku.
Belum sempat aku bangun dari tempat duduk, kedua tangan Bryan sudah
berada di bawah ketiakku. Jemarinya yang berbulu, begitu cepat menekan
tombol 'Ctrl-Alt-Del'. Komputer di depanku kembali berfungsi. Aku
terhenyak. Bryan masih berdiri menunduk di belakangku. Dengan sengaja
kedua tangannya menyentuh payudaraku. Aku tidak bereaksi. Memang ini
yang kuinginkan. Jujur saja, aku sebetulnya dapat mengatasi masalah
komputer 'hang'. Sebenarnya yang tadi hanya trik saja untuk 'memancing'
Mas Bryan masuk ke kamarku.
"Lembut banget Yen..," bisiknya lirih.
Tidak lama kemudian dia keluar kamar. Hampir aku tidak mendengar ucapannya. Pikiranku jauh menerawang.
"Seandainya Mas Bryan menjadi milikku..," gumanku dalam hati.
Aku terus membayangkan bagaimana bahagianya Priscilla, kakak
sulungku, bersuamikan seorang Bryan. Badannya tinggi tegap. Kulitnya
yang putih bersih, ditumbuhi bulu-bulu halus. Mas Bryan yang peranakan
Jawa-Pakistan, sudah satu setengah tahun tinggal di rumah kami. Karena
Cilla, panggilan kakak sulungku, sedang mengandung, Mama meminta mereka
tinggal sementara di rumah ini.
Dering handphone membuyarkan lamunanku. Ahh, rupanya hanya SMS saja. Tapi, wooww ternyata itu pesan dari Mas Bryan.
Isinya singkat, "YEN, TOKETNYA INDAH BANGET, SORRY YA NGACENG AJA."
Aku tersenyum membacanya. Aku mengerti maksud kata-kata terakhirnya, bukan ngaceng aja,
tapi ngga sengaja. Kalaupun Mas Bryan benar-benar terangsang ketika
berada di kamarku, memang wajar. Bukan hanya dia yang mengatakan buah
dadaku indah, bahkan teman-teman cewek di kampus pun iri melihat
punyaku ini. Apalagi sebelum Mas Bryan masuk kamarku, aku sengaja hanya
mengenakan kaos oblong tanpa BH.
Malamnya, Mas Bryan SMS lagi. Dia sedang asyik menonton
liga Italy di home theatre rumahku. Dalam pesannya, dia minta ditemani
nonton bola. Kujawab tidak. Aku memang tidak senang menonton bola.
"KALO BOLA YANG LAIN MAU." pancingku me-reply pesannya.
Sebetulnya aku ingin sekali berdua dengannya di malam seperti ini.
Tetapi yang menjadi masalah adalah letak home theatre yang di pojok
dekat taman persis bersebelahan dengan kamar tidur Mamaku. Kalau
ketahuan kan jadi kacau semua. Kamar Mas Bryan sendiri ada di lantai
atas, bersebelahan dengan adikku yang bungsu. Tetapi, kalau nonton TV
Mas Bryan lebih senang di bawah. Mbak Cilla sudah tahu kebiasaan
suaminya menonton bola di bawah. Kesempatan ini kumanfaatkan sekalian.
Tetap lewat sarana SMS, kupancing Mas Bryan masuk kamarku.
Gairah seksku sedang memuncak-muncaknya malam itu. Mungkin karena mau
dapat mens. Aku harus berterima kasih banyak pada fasilitas SMS lintas
operator ini. Sudah dua minggu lebih, saya dan Mas Bryan saling kirim
pesan rahasia. Padahal kami sama-sama berada di rumah. Kalau bicara
langsung atau telepon kan beresiko ada yang menguping. SMS benar-benar menghubungkan cintaku padanya.
Pintu kamar terkuak perlahan. Dengan sedikit berjinjit Mas Bryan masuk
kamarku. Mengenakan celana pendek dan kasus oblong. Kumis dan
cambangnya baru dicukur. Birahiku menggelora melihat wajah Mas Bryan di
depanku. Bahunya yang lebar mendatar ditambah dadanya yang bidang
membuatku ingin segera menggelayutinya manja.
"Blom tidur Yen..?" tanyanya berbasa-basi.
Tidak kujawab. Aku hanya tersenyum manja sambil mengibas rambutku.
Malam itu aku memakai baju tidur model 'you can see' dan celana
selutut. Agak lama kukibaskan rambutku. Mas Bryan pasti tidak
melewatkan kesempatan emas ini. Dengan kaos 'you can see', jelas
terlihat olehnya payudaraku yang putih menyembul.
Pelukan hangat Mas Bryan langsung menyergap. Memeluk dari belakang,
membuat tangannya bebas-puas menggerayangi payudaraku. Sambil
mendesis-desis, bibirnya yang seksi mulai melumat leher dan belakang
kupingku. Pantas saja Mbak Cilla betah di kamar. Mas Bryan memang
paling jago memanjakan cewek. Permainannya lembut dan halus. Baru kali
ini aku merasakan sentuhan-sentuhan seorang lelaki yang membuatku
nikmat keenakan.
Tidak seperti Joko pacarku, Mas Bryan sangat sabar menelusuri
seluruh bagian tubuhku. Dia begitu menikmati jengkal demi jengkal lekuk
tubuhku. Aku sangat menikmati permainan jilatan lidah dan remasan
jari-jarinya yang nakal. Kini aku hanya menyisakan celana dalam saja.
Pakaian tidur dan BH sudah dicampakannya. Entah kenapa, Mas Bryan belum
juga menjamah bagian paling peka dari tubuhku. Padahal aku sudah sangat
mengharapkan jilatan demi jilatan merambah bibir kemaluanku yang sudah
mulai membasah.
Ternyata, kesabaran Mas Bryan menjelajahi bagian tubuhku berhenti
sampai disitu. Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku ke tempat tidur. Dengan
sedikit tergesa-gesa, dia membaringkan tubuhku di pinggir tempat tidur.
Buru-buru dia melepas celana dalamku dan CD-nya. Dengan berlutut di
pinggir tempat tidur, Mas Bryan sudah mengeluarkan senjata
pamungkasnya. Sebatang daging keras memanjang sudah mendekati
selangkanganku.
"Jangan dulu Mas..!" sahutku lirih.
Aku kecewa berat. Kenapa sih setiap lelaki selalu ingin cepat-cepat
memasukkan batangnya ke lubang kemaluannya wanita. Padahal aku masih
butuh foreplay yang lama. Kenikmatan tidak hanya didapat ketika batang itu ada dalam lubang kemaluan.
"Mas sudah ngga tahan, sayang..!" katanya.
Batang kokoh berurat itu mulai menekan-nekan. Aku meringis kesakitan.
"Ahh.., perlahan dong Mas..!" aku menahan sakit.
Seperti tidak mendengar permintaanku, Mas Bryan semakin kencang
menekan. Kedua tangannya menyangga tubuhnya di bibir tempat tidur.
Sementara kedua lututnya bertekuk di lantai. Gaya seperti ini pernah
saya lihat di film biru. Kedua kakiku ditekuknya seperti kecoa
kepanasan. Menurut cerita teman-temanku, posisi inilah yang didambakan
setiap wanita. Dalam posisi seperti ini, penetrasi alat vital pria akan
maksimal. Sementara kedua tangannya akan bebas meremas payudara si
wanita. Tetapi semua itu tidak kuperoleh dari Mas Bryan.
Tidak seperti yang kuduga, sudah hampir tiga menit Mas Bryan belum
berhasil menembus keperawananku. Puluhan kali dia mendorong batang
kemaluannya, aku belum merasakan nikmatnya batangan daging memenuhi
rongga vaginaku.
Tiba-tiba Mas Bryan berkata, "Mau keluar nih Cilla..!" sambil meringis menahan sakit.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Mas Bryan tidak sadar kalau
tubuh yang dihimpitnya adalah tubuhku, adik iparnya, bukan Mbak Cilla
istrinya.
Dan, "Cret.. cret.. cret.." cairan putih kental menghujam perutku.
Aku masih telentang ketika Mas Bryan mengenakan celananya. Tanpa
permisi, dia langsung meninggalkanku. Cairan sperma Mas Bryan terasa
meleleh ke bawah. Kemudian terhenti dan menggumpal di sela-sela bulu
kemaluanku yang lebat. Seperti tidak percaya, aku mengenang kejadian
beberapa menit yang lalu. Bukan tidak percaya pada hal yang kami berdua
lakukan, tetapi pada 'kemampuan' Mas Bryan. Mungkin aku terlalu tinggi
menghayal dan berharap Mas Bryan sebagai lelaki perkasa, sehingga aku
merasa kecewa dalam kenyataannya.
Padahal, kalau Mas Bryan tidak terburu-buru, akan kuberikan pertama
kali kenikmatan untuknya. Biarlah, Joko pacarku mengambil sisanya,
karena memang aku tidak berharap banyak dari Joko. Hubunganku selama
ini dengannya lebih karena aku menuruti keinginan Mama saja. Maklum
sudah tua, menjanda pula. Mama ingin, aku Yennita, satu-satunya anak
perempuan yang single, berjodohan dengan keponakan Papa almarhum.
Paginya aku bangun kesiangan. Seluruh badan terasa pegal, mungkin
karena permainan semalam yang tidak tuntas. Kusambar handphone-ku,
lagi-lagi SMS dari Mas Bryan. Tidak seperti biasanya, kali ini pesannya agak panjang.
Intinya, dia minta maaf atas 'happy ending' yang kurang bagus tadi
malam.
Menurut pengakuannya dalam SMS yang berturut-turut,
sebelum tubuhku dibawanya ke atas tempat tidur, dia sudah merasa
khawatir kalau Mbak Cilla atau Mama mengetahui kejadian itu. Dasar
lelaki, Mas Bryan tidak mau melepaskan kesempatan itu begitu saja. Maka
yang terjadi adalah dia buru-buru mengarahkan batang kemaluannya ke
liang keperawananku. Dia masih sempat menikmati ejakulasi. Sementara
aku, hanya dapat pegal dan kecewa saja. Tapi sudahlah.
Hari-hari berikutnya, kami masih sering ber-SMS ria.
Isinya apalagi kalau bukan saling memancing birahi. Belajar dari film
"Mission Impossible," kami selalu langsung menghapus setiap pesan SMS.
Bahkan, kalau sedang tiduran di samping Mbak Cilla pun, Mas Bryan
sengaja menyimpan handphone-nya di bawah bantal, agar dering atau
vibrasinya tidak terdengar istrinya.
Pernah suatu ketika, lewat SMS Mas Bryan memberitahu kalau
dia mau 'main' sama Mbak. Dia menantangku kalau mau mengintip permainan
'bola'-nya. Pintu kamarnya sengaja dibuka sedikit, memberi celah bagiku
menikmati permainan seru mereka. Penasaran, kuturuti tantangannya. Dan
alamaak, Bryan di atas ranjang memang seperti yang kudambakan selama
ini. Kakakku sampai kewalahan mengimbangi irama permainan suaminya.
Dari wajahnya, terlihat mereka lemas kelelahan. Kenikmatan duniawi
akhirnya mereka renggut berdua malam itu. Sementara aku hanya dapat
menelan ludah.
Ada juga lucunya Mas Bryan ini. Masih dengan SMS, dia 'melaporkan' hasil permainan dengan kakakku Cilla.
Ternyata isi dalam SMS-nya adalah, "Aku membayangkan tubuh Yennita ketika menindih Mbak Cilla."
Gila..! Aku balas SMS itu, "BUKTIKAN DENGANKU MAS, JANGAN HANYA MEMBAYANGKAN." aku mulai memancing dia lagi.
← Back || Exit →
Home
Cerita Terbaru & Terpanas!
22/11/24
Online :1
Hari ini :1
Minggu ini :1
Bulan ini :1
Total :2962